Akhirnya selesai sudah ayah aku berkhidmat untuk negara..hehe..mcm ayah aku ni tentera aje. Bermula sekarang berubah sudah kehidupan ayah aku. Tak pasti lah lepas ni ayah aku boleh bersenang lenang rehat kat rumah. Tapi mak aku cakap lepas pencen makin sibuk adalah dengan wayaring.
Untung ayah aku pencen pun tak payah nk pikir pasal hutang bagai ni..Macam aku ni lepas pencen pun masih lagi berhutang dengan kerajaan,.Tak tahu lepas pencen terpaksa cari kerja lain. Tu pun kalau panjang umur.
Hari ni tak nak cerita lelebih cuma nk berkosong cerita ajer
Sebagai seorang lelaki. maka kita perlu bersedialah untuk menjadi
seorang suami, malah harus bersedia untuk menjadi seorang bapa. Kita
juga sebagai anak perlu tahu tentang susah payah seorang bapa dalam
membesarkan kita, dalam menyara keluarga tanpa memikirkan penat lelah.
Apa yang pasti insan bergelar ayah ini, mahu zuriat-zuriat mereka hidup
dalam kesenangan dan bahagia. Admin mahu kita sama-sama mengenang
kembali apakah jasa si ayah terhadap kita sekeluarga.
Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya,
tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang
mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbongkok-bongkok, disertai
suara batuk-batuknya.
Anak perempuan itu bertanya pada ayahnya : “Ayah, mengapa wajah ayah
kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian membongkok ?”
Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang berehat di beranda.
Si ayah menjawab : “Sebab aku lelaki.”
Anak perempuan itu berkata sendirian : “Saya tidak mengerti”.
Dengan kerut-kening kerana jawapan ayahnya membuatnya termenung rasa kebingungan.
Ayah hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anaknya itu, terus
menepuk-nepuk bahunya, kemudian si ayah mengatakan : “Anakku, kamu
memang belum mengerti tentang lelaki.”
Demikian bisik Si ayah, yang membuat anaknya itu bertambah kebingungan.
Kerana perasaan ingin tahu, kemudian si anak itu mendapatkan ibunya lalu
bertanya kepada ibunya : “Ibu, mengapa wajah Ayah jadi berkerut-merut
dan badannya kian hari kian membongkok? Dan sepertinya ayah menjadi
demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?”
Ibunya menjawab : “Anakku, jika seorang lelaki yang benar-benar bertanggungjawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.”
Hanya itu jawapan si ibu. Si anak itupun kemudian membesar dan menjadi
dewasa, tetapi dia tetap juga masih tercari-cari jawapan, mengapa wajah
ayahnya yang tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi
membongkok?
Hingga pada suatu malam, dia bermimpi. Di dalam impian itu seolah- olah
dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan
kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian
kalimah sebagai jawapan rasa kebingungannya selama ini.
“Saat Ku-ciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta
sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan
berusaha untuk menahan setiap hujungnya, agar keluarganya merasa aman,
teduh dan terlindung.”
“Ku ciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk membanting- tulang
menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula
untuk melindungi seluruh keluarganya.”
“Ku berikan kemahuan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi
yang berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih,
agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat
cercaan dari anak-anaknya”.
“Ku berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya
pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat
panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah
kuyup kedinginan dan kesejukan kerana tersiram hujan dan dihembus angin,
dia relakan tenaga perkasanya dicurahkan demi keluarganya, dan yang
selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan
mengharapkan hasil dari jerih- payahnya.”
“Kuberikan kesabaran, ketekunan serta kesungguhan yang akan membuat
dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya
keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan
kesakitan kerapkali menyerangnya”.
“Ku berikan perasaan cekal dan gigih untuk berusaha berjuang demi
mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan situasi apapun
juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai
hatinya.
Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa
aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan
perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang
menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling
mengasihi sesama saudara.”
“Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan
pengertian dan kesedaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan
saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dikotak-katikkan
oleh anak-anaknya.”
“Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan
pengetahuan dan menyedarkan, bahawa isteri yang baik adalah isteri yang
setia terhadap suaminya, isteri yang baik adalah isteri yang senantiasa
menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka mahupun
duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap
kesetiaan yang diberikan kepada isteri, agar tetap berdiri, bertahan,
sepadan dan saling melengkapi serta saling menyayangi.”
“Ku berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahawa lelaki itu
senantiasa berusaha sekuat daya fikirnya untuk mencari dan menemukan
cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga bahagia dan badannya
yang terbongkok agar dapat membuktikan, bahawa sebagai lelaki yang
bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha
mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya,
kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya.”
“Ku berikan kepada lelaki tanggungjawab penuh sebagai pemimpin keluarga,
sebagai tiang penyangga ( seri / penyokong ), agar dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh
lelaki, walaupun sebenarnya tanggungjawab ini adalah amanah di dunia dan
akhirat.”
Terkejut si anak dari tidurnya dan segera dia berlari, berlutut dan
berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya
yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak itu menggenggam dan
mencium telapak tangan ayahnya.
“Aku mendengar dan merasakan bebanmu, ayah.”
Moral:
Bila ayah anda masih hidup jangan sia-siakan kesempatan untuk membuat
hatinya gembira. Bila ayah anda telah tiada, jangan putuskan tali
siratulrahim yang telah dirintisnya dan doakanlah agar Tuhan selalu
menjaganya dengan sebaik-baiknya.